Thursday, October 15, 2009

Kisah Sahabat 1: Taubat Nasuha


 
Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kemudian ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".

Wahai Tuhan ku tak layak ke syurga Mu
Namun tak pula aku sanggup ke neraka Mu

Ampunkan dosa ku terimalah taubat ku
Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar

Ila hilis tu lilfirdausi ahla
Wala aqwa alnnaril jahim
Fahabblitau batau wafir zunubi
Fainnakarob firul zanbi azim

Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan rahmat Mu ampunkan daku Oh Tuhan ku

Wahai Tuhan selamatkan kami ini
Dari segala kejahatan dan kecelakaan

Kami takut kami harap kepada Mu
Suburkanlah cinta kami kepada Mu


Kamilah hamba yang mengharap belas dari-Mu


Mungkin sebagian dari kita sudah sangat familiar dengan nasyid ini. Tapi, tahukah kita darimana nasyid ini berasal? Siapa pengarangnya?

Tersebutlah kisah seorang Sahabat yg baru kembali dari medan perang. Saat berada di pintu rumahnya, secara tidak sengaja tiba-tiba nampak olehnya betis seorang perempuan. Perempuan itu adalah isteri sahabatnya yg ketika itu sedang bertandang ke rumahnya. Seketika itu juga ia melompat keluar dari pintu dan berlari meninggalkan rumahnya, menuju satu tempat yg sepi, selama bertahun-tahun, untuk bertaubat kepada Allah SWT atas ketidaksengajaannya. Rintihan taubatnya itulah yg sekarang sering kita dengar dalam lagu Al-I'tiraf (Raihan).

Begitu bertaqwanya Sahabat ini. Begitu takutnya ia kepada Allah atas kesilapannya, walaupun tak sengaja. Ia menyesal, mengapa sampai terjadi perkara yg hina itu padanya? Tentu ada maksud Allah. Perasaan itu membuat ia begitu takut dan malu dengan Allah, sehingga ia menghukum dirinya sendiri dan tidak mahu pulang ke rumahnya selagi dirinya belum dapat menjadi manusia yg baik, sebagaimana yg Allah kehendaki.

Sahabat yg mulia ini, adalah seorang pujangga, penyair besar di zaman Abbasiyah. Dialah Abu Nawas. Nama asalnya adalah Al Hasan bin Hani al-Hakami, hidup pada tahun 757 — 814 H. Raja Harun ar-Rasyid, raja yg memerintah di masa itu, beliau diangkat sebagai penyair kepercayaan raja.
 
Apa yg ingin ak sampaikan pd kali ini adalah, renungkanlah perihal diri kita. Yg mana tidak lepas dr melakukan kesalahan (maksiat) samada tersengaja atau tidak sengaja. Namun sejauh mana perasaan kebersalaham ada dlm diri kita. Adakah kita insaf atau paling kurang perasaan bersalah hadir dlm hati kita yg kecil itu. Jika tidak nauzubillah...fikir2kanlah. Adakah esok masih ada utk kita bertaubat. Jgn bertangguh kelak kita akan menyesal. Siapalah kita utk dibandingkan dgn Sahabat nabi. Solat pun belum tentu kita sempurna. Fikir-fikirkanlah, renung-renungkanlah dan segeralah bertindak.

1 comment:

  1. Pengisisan yang sangat bermakan bagi seorang hamba allah yang mencari makna dan erti sebuah pengampunan... terimakasih kerana membuka sedikit pengertian yang cukup mendalam yang dapat dijadikan iktibar...

    ReplyDelete

Hak Sesama Muslim

Ada 6 Hak Sesama Muslim: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: 1. Jika ka...