Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat
marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka
dapat kembali kepada-Nya.
Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan
dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari
ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan
Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang
berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan
sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari
kesalahan tersebut)."
Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat
Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat
At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, sedang cahaya
mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kemudian
ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".
Wahai Tuhan ku tak layak ke syurga Mu
Namun tak pula aku sanggup ke neraka Mu
Ampunkan dosa ku terimalah taubat ku
Sesungguhnya Engkaulah Pengampun dosa-dosa besar
Ila hilis tu lilfirdausi ahla
Wala aqwa alnnaril jahim
Fahabblitau batau wafir zunubi
Fainnakarob firul zanbi azim
Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan rahmat Mu ampunkan daku Oh Tuhan ku
Wahai Tuhan selamatkan kami ini
Dari segala kejahatan dan kecelakaan
Kami takut kami harap kepada Mu
Suburkanlah cinta kami kepada Mu
Kamilah hamba yang mengharap belas dari-Mu
Mungkin sebagian dari kita sudah sangat
familiar dengan nasyid ini. Tapi, tahukah kita darimana nasyid ini
berasal? Siapa pengarangnya?
Tersebutlah kisah seorang
Sahabat yg baru kembali dari medan perang. Saat berada di pintu
rumahnya, secara tidak sengaja tiba-tiba nampak olehnya betis seorang
perempuan. Perempuan itu adalah isteri sahabatnya yg ketika itu sedang
bertandang ke rumahnya. Seketika itu juga ia melompat keluar dari pintu
dan berlari meninggalkan rumahnya, menuju satu tempat yg sepi, selama
bertahun-tahun, untuk bertaubat kepada Allah SWT atas
ketidaksengajaannya. Rintihan taubatnya itulah yg sekarang sering kita
dengar dalam lagu Al-I'tiraf (Raihan).
Begitu bertaqwanya Sahabat ini. Begitu takutnya ia kepada Allah atas
kesilapannya, walaupun tak sengaja. Ia menyesal, mengapa sampai terjadi
perkara yg hina itu padanya? Tentu ada maksud Allah. Perasaan itu membuat
ia begitu takut dan malu dengan Allah, sehingga ia menghukum dirinya
sendiri dan tidak mahu pulang ke rumahnya selagi dirinya belum dapat
menjadi manusia yg baik, sebagaimana yg Allah kehendaki.
Sahabat
yg mulia ini, adalah seorang pujangga,
penyair besar di zaman Abbasiyah. Dialah Abu Nawas. Nama asalnya adalah Al Hasan bin Hani al-Hakami, hidup pada tahun 757 — 814 H. Raja Harun ar-Rasyid, raja yg memerintah di masa itu, beliau diangkat sebagai penyair kepercayaan raja.
Apa yg ingin ak sampaikan pd kali ini adalah, renungkanlah perihal diri kita. Yg mana tidak lepas dr melakukan kesalahan (maksiat) samada tersengaja atau tidak sengaja. Namun sejauh mana perasaan kebersalaham ada dlm diri kita. Adakah kita insaf atau paling kurang perasaan bersalah hadir dlm hati kita yg kecil itu. Jika tidak nauzubillah...fikir2kanlah. Adakah esok masih ada utk kita bertaubat. Jgn bertangguh kelak kita akan menyesal. Siapalah kita utk dibandingkan dgn Sahabat nabi. Solat pun belum tentu kita sempurna. Fikir-fikirkanlah, renung-renungkanlah dan segeralah bertindak.
Pengisisan yang sangat bermakan bagi seorang hamba allah yang mencari makna dan erti sebuah pengampunan... terimakasih kerana membuka sedikit pengertian yang cukup mendalam yang dapat dijadikan iktibar...
ReplyDelete