Lanjutan dari Mengapa Menangis? (Edisi 2010, April).
Ada seorang anak wanita bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut dan badannya yang membongkok.
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: "Ayah, mengapa wajah mu kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membongkok?"
Ayahnya menjawab : “Sebab ayah lelaki, nak.” jawab ayahnya bersahaja.
Namun anak wanita itu tidak mengerti.
Dengan kerut-kening disebabkan jawapan itu. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, lalu ayahnya mengatakan: “Anakku, kamu belum mengerti tentang lelaki.”
Demikian bisik ayahnya, membuat anak wanita itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, anak wanita itu menghampiri ibunya lalu bertanya: “Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut dan badannya kian hari kian terbongkok?
Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarganya, dia memang akan demikian.”
Hanya itu jawapan si ibu. Ringkas dan bersahaja. Namun, anak wanita itu masih tidak mengerti.
Kini, anak wanita itupun membesar menjadi dewasa, tapi masih dengan tanda tanya.
Hinggalah pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat jawapan kepada pertanyaannya ketika kecil itu tadi.
“Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga utk syurga dunia (keluarganya), dia senantiasa akan menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindung. “
“Ku-ciptakan bahunya yang ampuh dan berotot untuk membanting tulang menyara seluruh keluarganya; kegagahannya pula cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya. “
“Ku-berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. “
“Ku-berikan keperkasaan mental, baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah; demi keluarganya, dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari; demi keluarganya, dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan dek siraman air hujan dan hembusan angin; demi keluarganya, dia relakan tenaga perkasanya terhakis; yang selalu diingatinya adalah disaat anak-anak menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”
“Ku-berikan kesabaran, ketekunan serta ketabahan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat, membimbing dan memimpin keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun pada setiap perjalanan hidupnya sentiasa keletihan dan kesakitan menunggunya. “
“Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk terus berusaha berjuang demi keluarganya tercinta; di dalam apa jua situasi pun, hatta di saat anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan yakni rasa aman pada saat anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itu jugalah yang memberikan kenyamanan pada saat dia menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan malah menyedarkan bahawa isteri \terbaik adalah isteri yang setia terhadap suaminya; isteri terbaik adalah isteri yang senantiasa menemani suaminya pada detik suka mahupun duka. Walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan diuji agar tetap bertahan teguh, sejajar berdiri.”
“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari, menemukan cara agar keluarganya boleh hidup sebagai keluarga bahagia. Dan Ku-berikan badannya yang membongkok sebagai bukti, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keringatnya demi kelangsungan hidup keluarganya.”
“Ku-berikan kepada lelaki itu tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan ketahuilah inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki. Akan tetapi, sebenarnya tanggungjawab ini jugalah merupakan amanah berat yang perlu dipikul oleh si Adam di Dunia sehingga ke Akhirat.”
Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari ke bilik ayahnya. ,Ketika menghampiri bilik itu, ayahnya sudah selesai berdoa di atas tikar sejadahnya. Pada saat ayahnya berdiri, anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.
"Kini, aku mengerti mengapa wajahmu berkerut dan badanmu membongkok, wahai ayahku…"
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan ayah serta kasih sayang bonda…
"With love to all father and mother”
"With love to all father and mother”
Berbahagialah yang masih memiliki ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuknya…
Berbahagialah yang merasa sebagai ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuk keluargamu…
p/s: Ikuti cebisan renungan utk kaum Adam dan Hawa. "Mengapa Menangis? - 2010, April" dan "Mengapa Berkerut? - 2011, Mac". Lama menyepi kini kembali!!!
p/s: Ikuti cebisan renungan utk kaum Adam dan Hawa. "Mengapa Menangis? - 2010, April" dan "Mengapa Berkerut? - 2011, Mac". Lama menyepi kini kembali!!!
No comments:
Post a Comment