“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Surah Al-Nahl, 16:18)
Bersyukur merupakan salah satu kewajipan seorang Muslim
kepada Allah. Begitu pentingnya bersyukur, Rasulullah s.a.w. yang sudah dijamin
masuk syurga, tetap menyempurnakan tuntutan bersyukur kepada Allah. Dalam satu
hadith disebutkan, Nabi selalu menunaikan sembahyang tahajud, memohon maghfirah
(keampunan) dan bermunajat kepadaNya. Selesai menunaikan sembahyang, Nabi
berdoa kepada Allah sehingga masuknya waktu Subuh.
Bersyukur merupakan antara ibadah mulia yang mudah
dilaksanakan. Amalan ini tidak memerlukan banyak tenaga fizikal atau fikiran.
Bersyukur atas nikmat Allah bererti berterima kasih kepada Allah kerana
kemurahan Nya. Dengan kata lain, bersyukur bererti mengingati Allah yang Maha
Kaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyantun.
Para ulama’ mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.
Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Bisikan hati atau nurani selalu benar
dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya
tidak akan pernah mengingkari begitu banyaknya nikmat Allah. Mendengarkan
bisikan hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyedari seluruh nikmat
yang kita perolehi pada setiap detik hidup kita yang kesemuanya hasil pemberian
Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat yang begitu banyak
kepada hambanya.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Ungkapan yang paling baik
untuk menyatakan syukur kita kepada Allah melalui lidah adalah ucapan hamdalah.
Dalam satu hadith, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Barangsiapa mengucapkan subhana
Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa
Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li
Allah, maka baginya 30 kebaikan.”
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan
anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan
untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam Al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh
yang harus dimaksimumkan untuk
bersyukur. Anggota itu adalah mata, telinga, lidah, tangan, perut,
kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmatNya untuk
kita. Lidah, misalnya, diciptakan adalah untuk mengeluarkan kata-kata yang
baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan.
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).”
(Surah ad-Dhuha, 93:11)